"ORANG YANG TIDAK MEMBACA,PASTI TIDAK BANYAK TAU,MAKA BACALAH ISI BLOG SAYA WALAUPUN HANYA SEDIKIT"

Tuesday, December 25, 2012

BENAR- BENAR BEGOK


BENAR- BENAR BEGOK
                                                          07-02-2008

          Hery namanya, pendek orangnya, lumayan ganteng wajahnya, tapi begok dan blo’on otaknya. Fery yang dikenal sama teman- temannya sebagai orang yang bisa menjawab semua pertanyaan dengan asal- asalan, selalu membuat masalah, bukan lagi dengan sesama kawan, tapi dengan guru pun jadi.
Pagi hari…
          “Driing… Driing..,” alarm berdering.
          “Uuaah…,” Hery menguap ”hah, udah jam 7:30, aku harus buru-buru nie, bisa mampus aku kalau sampe telat”
          Hery langsung bergegas menuju ke Sekolah, dan ternyata dia tidak telat, wiih.. gila tu orang, jangan-jangan dia nggak mandi lagi.
          Suasana di Kelas yang tadinya riuh dan ribut, kini jadi tenang bagai orang habis kentut karena kedatangan Pak Zainal.
          “Anak-anak, hari ini kita belajar masalah cinta tanah air, ada yang tau arti dari cinta tanah air?”
          “ Saya tau pak,” Hery mengangkat tangannya.
          “Serius kamu bisa jawab?”
          “Jangankan serius, dua rius pun boleh Pak”
          “Ya udah, ayo cepat jawab!”
          “Gini Pak, kalau cinta itu artinya sayang dan peduli terhadap sesuatu, kalau tanah yang itu Pak, yang banyak rerumputannya, trus kalau air masa bapak nggak tau, air itu kan banyak, ada air hujan, air sumur, air susu, kopi, dan masih banyak yang lain. Jadi kesimpulannya adalah kita harus cinta dan peduli kepada tanah yang bercampur air, berarti bece donk, gimana Pak jawaban saya, bener kan?,” jawab Hery panjang lebar tanpa mengetahui bahwa Pak Zainal sudah keluar asap dari telinganya.
          “Nggak.. nggak bener, jawaban kamu itu sangat melecehkan arti sesungguhnya cinta tanah air, kamu harus dikasih hukuman,” bentak Pak Zainal.
          “Tapi Pak, saya kan menjawab pertanyaan itu dengan…”
          “Dengan asal-asalan kan, sana berdiri sebelah kaki di depan, cepat!”
          “Dasar Zainal, kutonjok ntar baru tau diri,” Hery ngomel sendiri sambil berdiri sebelah kaki.
          “Anak-anak, hari ini bapak nggak bisa ngajar,karena ada urusan sedikit di luar, jadi bapak cuma ingin kasih tau, bahwa besok kita ulangan sejarah. Sebelum bapak pergi ada yang ingin bertanya?”
          “Ada Pak!” teriak Hery.
          “Mau nanya apa kamu?” tanya Pak Zainal lantang.
          “Nggak dech nggak jadi,” Hery ketakutan mendengar nada yang keluar dari mulut Pak Zainal begitu menyeramkan.
          “Sekarang baca-baca aja buku sejarahnya, supaya besok kalian bisa jawab soal ulangannya”
          Semuanya mulai membaca, namun tidak dengan Hery, dia hanya asik tidur mununggu bel pulang menjemputnya.
          Detik berganti menit, menit pun berganti dengan jam, tak terasa bel yang ditunggu-tunggu pun datang.
          “Horee pulaang…!!”
          Semuanya mulai meninggalkan ruang kelas, kecuali Hery yang masih menjelajahi dunia mimpinya. Tiba-tiba datang petugas sekolah mau mengunci pintu, tapi untungnya dia melihat Hery dan segera melaporkannya ke Pak Zainal.
          “Pak, itu ada siswa di dalam”
          “Siapa?” Pak Zainal penasaran.
          “Nggak tau Pak”
          Karena penasaran Pak Zainal pun masuk untuk melihatnya.
          “Her.. Hery..Hery..”   
          “Eh Bapak, ada apa Pak?” seru Hery dengan air liur yang menempel di pipinya.
“Kamu lagi ngapain?”
“Nggak ngapa-ngapain kok Pak”
“Bukannya kamu lagi buat peta?” Pak Zainal nyindir.
“Nggak, aku nggak buat peta, emang Bapak liat di mana petanya?”
“Itu nempel di pipimu”
“Oo maaf Pak,” Hery segera manyapu air liurnya itu.
“Oya, teman-temanmu mana?”
“Teman-teman? Nggak tau Pak” jawab Hery enteng.
“Hei Hery begok, teman-temanmu udah pulang dari tadi, ngapain kamu masih tidur di sini?" nadanya mulai tinggi.
“Udah pulang ya, berarti kita tinggal berdua donk”
“Emang kenapa kalo kita tinggal berdua?”
“Saya punya BISNIS Pak”
“Emang orang begok sepertimu bisa berbisnis?”
“BISNIS yang ini beda Pak, BISNIS saya itu Bisikan si Manis”
“Siapa si manisnya, Bu Mimi ya?”
“Aa… ketahuan ni ya...”
“Huys… awas ya kalo orang laen sampe tau. Sudah sana pulang cepat!”
“Sebelum saya pulang, minta soal ulangan besok donk Pak” Hery merayu.
“Oo sudah banyak kemajuan sekarang ya, cepat pulang atau Bapak kurung di sini?” nada Pak Zainal naik seribu laras.
Tanpa berpikir panjang, Hery langsung pulang. Sesampai di Rumah…
“Kok pulangnya telat?” tanya sang Mama.
“Maklum Ma, saya kan anak rajin, jadi sering dibutuhkan di Sekolah”
“Oya, trus yang malasnya siapa?”
“Yang malas tu semua temen-temen Hery Ma”
“Lho, emang kenapa mereka semua pada malas?”
“Gini lho Ma, teman-temanku tadi pada cabut sekolah, kalau aku sich buat peta dulu baru pulang”
“Oo… buat peta dulu, mana coba Mama mau liat!”  
“Ya… petanya kan udah dikumpul”
“Oo… ya sudah, ibu ke Pasar dulu ya”
Hery langsung masuk kamar dan bergegas untuk mandi. Ternyata pas di Kamar mandi, Hery terpeleset dan jatuh pingsan, yang lebih parah lagi, tak ada satu pun orang mengetahui kondisinya. Waktu terus berjalan, tak terasa shubuh pun datang.
Ayam-ayam mulai berkokok menyemarakkan suasana di pagi hari, Hery terbangun dan terkejut bahwa hari ini ada ulangan. Tanpa buang-buang waktu Hery langsung bergegas secepat mungkin. Ternyata dia sampe di Sekolah tepat pas di saat bel berdering dan masuk ke Kelas berbarengan dengan Pak Zainal.
“Keluarkan selembar kertas dan simpan semua buku!”
Ulangan berlangsung dengan tenang tanpa ada keributan, semuanya bisa menjawab soal dengan lancar, kecuali Hery yang asik celengak-celengok sana-sini.
“Cut, nomor satu apa jawabannya?” bisik Hery mencari bantuan.
“Jawababnnya panjang, ntar kalo aku dikte  bisa ketahuan”
“Syafra, nomor dua jawabannya apa?”
“Belum siap, nie aku lagi buat nomor satu”
“Angga, bagi-bagi donk!”
“Bagi? Itu mah pelajaran matematika, pelajaran sejarah mana ada ditanya bagi-bagi,” balas Angga tolol.
Kerena nggak ada yang bisa diharapkan, Hery pun berusaha menjawab sendiri. Satu jam kemudian, waktu habis dan hasil ulangan pun dikumpul. Pak Zainal mengatakan bahwa ia akan membagikan hasil ulanganmya tepat disaat bel pulang bunyi.
                             *        *        *  
Bel yang dinantikan pun berdering kencang, Pak Zainal langsung masuk kelas untuk menetapi janjinya yakni membacakan hasil ulangan.
“Pak, buruan Pak dibaca, kami udah nggak sabar!” teriak murid-murid
“Hari ini Bapak senang sekali, karena kalian semua mendapatkan nilai 90, tapi…”
“Tapi kenapa Pak?”
“Ada satu orang yang mendapatkan nilai lebih tinggi”
“Siapa Pak?”
“Dia adalah Hery”
“Hah aku? Horee… horee…” Hery keriangan.
“Oya Pak, emang nilainya Hery berapa?” tanya Angga yang sedikit iri.
“Nilainya…”
“Udahlah Pak buruan, nggak usah sok misterius gitu”
“Ehmm… nilai Hery nol besar!”
“Hah nol besar?” semua pada kaget.
“Iya, nol besar, itulah nilainya, gimana Hery kamu puas?”
“Pu.. pu.. pu..”
”Apa pu-pu-pu, kenapa nilai kamu bisa serendah ini?”
“Anu Pak, semalam saya nggak sempat belajar karena saya pergi piknik di kamar mandi” jelas Hery sebagai alasan.
“Maksudmu apa, Bapak nggak ngerti”
“Maksudnya, semalam tuh saya…”
“Udah-udah, Bapak nggak mau dengar alasan kamu, pokoknya minggu depan kamu harus remedial dan Bapak harap nggak ada lagi acara piknik-piknik segala”
“Ba.. ba.. baik Pak”
Hari ini nasip Hery lagi-lagi sial, namun ia kembali girang dengan membohongi Mamanya sendiri.
“Gimana nak hari ini di Sekolah?“ tanya Mamanya membuka pembicaraan.
“Biasa-biasa aja kok”
“Oya, hari ini siapa yang rajin?”
“Oo... pastinya Hery dong“
“Oya? Emangnya kenapa?“
“Karena minggu depan Hery masih bisa remedial, kalau yang lain sih nggak Ma“
“Wow, hebat dong kamu, selamat ya atas remedialnya,“ ternyata Mamanya juga tidak kalah begok dengan anaknya.
“Anak siapa dulu donk? Anak Mama gitu,” balas Hery yang seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mamanya.
“Trus yang malasnya siapa?”
“Yang malas tuh Pak Zainal Ma”
“Lho? Kok bisa?”
“Iya, tadi waktu ulangan kami cape mikirin jawaban, sedangkan Bapak cuma duduk-duduk aja kerjaannya, guru macam apa tuh?”
“Alah nggak usah dipikirin, Mama mau ke Dapur dulu ya”
“Iya, nie aku juga mau nonton CINLOK dulu”
Melihat orang di dalam TV bisa berdua-duaan, Hery iri juga ingin begitu, jadinya dia punya ide untuk masuk ke sana dengan cara memecahkan TV.
“Praang… Priing…!” suara pecahan kaca mulai terdengar.
“Hery, kamu lagi ngapain nak?”
“Lagi mecahin TV”
“Lha emang untuk apa?”
“Mau ikutan acara CINLOK Ma”
“Oo Cinta Lokasi itu ya?”
“Iya, Mama mau ikutan nggak?”
“Mau-mau, di sana Mama bisa cariin ayah baru buat kamu”
“Ya udah tunggu apa lagi? Yuek kita pecahin sama-sama”
“Ayuek”
“Praang… Priing… Pruung”
“Lho, kok gambarnya hilang?”
“Mati lampu kali”
“Yaa cape dech!”







   



           

                                                                                    





                   

ADSENSE

Artikel Terkait

0 komentar:

Post a Comment