BISUL NYEBELIN…!!!
27-04-2009
Sabtu itu merupakan hari
terakhir kami bersekolah untuk sementara, karna Senin-nya kakak-kakak kelas 3
pada mau UA N, otomatis kami libur donk, tapi sayang liburnya cuma seminggu
doank…
Pada Sabtu itu kami tetep
belejar seperti biasa, namun sebagian yang lain tidak, karena mereka harus ikut
seleksi dalam rangka sosialisasi tentang SMA kami tuk anak-anak SMP, kata yang
lebih tapatnya promosi gitulah…, dan aku pun juga ikut-ikutan karna
alhamdulillah tahun lalu aku terpilih, so gak da salahnya kan mencobanya lage?
he he he…
Setelah semua peserta yang
mencalonkan diri burkumpul di LAB, aku baru sadar kalo ternyata pesertanya
lebih banyak dibandingkan tahun lalu, sedangkan yang akan dipilih tidak lebih
dari 16 orang. Namun aku nggak boleh takut, aku harus tetap PeDe, karna PeDe
adalah prinsipku.
Kami dites/diseleksi satu
per satu, jantungku agak sedikit berdebar sich, namun untuk menghilangkannya
aku mencoba untuk berbincang-bincang dengan best friendku, his name is Asril.
“Hi Ril, kamu dah dipanggil
ke depan belom?”
“Udah barusan, emang kamu
nggak ngeliat apa?”
“Liat sich… tapi dah lupa,
he he,” candaku
“Eh ngomong-ngomong itu
apa, jerawat ya?” tanya-nya sembari nunjuk ke alisku
“Udah tau wajahku banyak
jerawat pakek nanya lage, dasar!”
“Bukannya gitu, yang satu
ini letaknya di alis, kalo yang laen di pipi?”
“Alah emang gue pikirin!”
“ha ha ha,” kami ketawa
bareng
Benda yang tumbuh di alisku
itu bisa dibilang jerawat, karena pasukannya aja banyak gitu, berarti dia
raja-nya donk, namun itu tak kuhiraukan. Setelah semuanya selesai tes (termasuk
aku), para guru yang bertindak sebagai juri pun mulai membacakan nama-nama yang
lolos sebagai “Team Sosialisasi SMA Unggul Sigli tahun 2008/2009”.
Syukur alhamdulillah
ternyata aku lolos, and the personil of my group is Misbah si Kacamata, Naurah
si Kecil Mungil, Risna si Jilbab Besar, Ela si Item Manis, n Afzal si
Ulok-ulok. Akhirnya kami ber-6 siap go, siap beraksi n so pastinya siap tuk
bercuap-cuap di depan anak-anak SMP pada hari Senin sama Selasa nantinya. Now, the
bell is ringing n we go home…
Hari Minggu esok, aku udah
nyiapin seluruh tenaga tuk bertempur 2 hari kedepan, segala persiapan tlah
kusiapkan, namun masih ada satu yang janggal, yaitu jerawat di alisku, sekarang
binatang itu udah tambah gede, mungkin dia minum scott emulsion kale yaa? alah
nggak penting, paling orang-orang juga pada nggak tau.
Esoknya Senin, hari yang ku
tunggu-tunggu tlah tiba, semangatku sungguh membara, sehingga aku bangun
terlalu pagi, kutatap wajah girangku di cermin dan…
“Tidaaaak…!! Oh my God,
kenapa begini, kenapa binatang ini makin hari makin gedee?”
Tak ada yang menjawab,
karena yang laen masih pada ngorok, namun aku nggak boleh lupa dengan
prinsipku, yaitu PeDe, kucoba tuk ngelupain binatang itu, dan bersiap-siap go
to school.
Sesampai di Sekolah aku
langsung diketawain sama si Asril
“Ha ha ha kenapa kamu Fer, abiz dihajar sama
Crish John ya, kok bisa benjol gitu?”
“Walaupun ditonjok ampe
babak belur gini, tapi pemenangnya aku tau”
“Udah ah nggak usah
bercanda, aku serius sebenarnya kenapa sich?”
“Ini tu jerawat yang kamu
tanya waktu di LAB kemaren”
“Hah? Itu jerawat yang kemaren,
kok bisa segede gini?”
“Nggak tau-lah, cape aku
mikirnya”
“Kalo gitu nggak usah
dipikirin, gampang kan ?”
“Ya betul-betul-betul, dah
dulu ya, aku mau gabung sama kelompokku”
“Yoep, bye..!”
“Kawan-kawan, gimana dah
siap berangkat?”
“Udah, yuk !” ajak Naurah
The first school is MTsN
Sigli, di sana kami disambut dengan baek,
murid-muridnya juga ramah, sehingga tugas kami dapat terlaksana dengan lancar,
the second school is MTsN Al-Furqan, di sana
kami kurang senang, karena mesti beradu dengan anak-anak Modal Bangsa, jadinya
harus nunggu mereka sampai selesai, baru giliran kami yang mulai.
Alhamdulillah… syukur
kepada Allah kami ucapkan, karena hari ini tugas kami terlaksana dengan lancar
dan nggak ada yang menertawanku. Akhirnya kami pun balek ke skul untuk melapor,
selesai itu baru boleh pulang.
Di Rumah tak ada satu orang
pun yang mengetahui kondisiku, karena benjolan itu belum begitu keliatan kalo
dilihat dari jauh, tapi kalo ditengok dari dekat pasti jelas bwanget. Untuk
mengobatinya kukasih dia sedikit salap supaya cepat minggat dari alisku ini.
Esoknya lagi-lagi aku
terbangun lebih awal, tapi aku merasakan ada sesuatu yang ganjil disaat kubuka
mataku, rasanya mata yang sebelah kanan ini susah sekali untuk dibuka, karna
penasaran langsung aja ku ngaca, dan ternyata itu membuatku jadi tak bisa
berkata-kata, kini benjolan itu sudah sebesar biji kelereng dan hamper menutupi
mataku.
“Ya ampun, gimana ini, apa
mungkin hari ini aku nggak pergi skul ?,” aku mulai bingung “Nggak, aku tetap
harus menjalankan tugasku,”
Kemudian aku punya ide
untuk menutupi binatang sialan itu, tanpa basi-basi langsung aja aku brangkat
ke Skul. Sesampai di sana
aku langsung di samperin sama Pidun
“Hei pren, napa mukanya,
kok ditutup ?,”
“Nggak da pa-pa kok,”
jawabku lemas
“Hmm… udah punya kacamata
baru ya ?,”
“Udahlah nggak usah ribot,
ini tuh kacamata kakek ku pinjam sebentar, buat ngenutupin ini nie,” jelasku
“What, what is that ? kok
bisa segede itu sich, coba sini ku liat,”
“Nggak mau, ini tuh udah
segede kelereng tau,”
“Hah segede kelereng ?
emang semalam siapa sich lawan tinjumu ?,”
“Tinju-tinju, kerjaanmu
bercanda mulu, nggak tau apa kawannya lagi senggsara,”
“Sorry dech, kalo gitu coba
liat donk, mungkin aku tau obatnya apa,”
“Nggak ah malu,” tolakku
sambil menutupnya dengan tangan
“Udah nggak usah malu,”
Pidun memaksa
“Nggak, kamu jangan maksa
gitu donk !,”
“Udah nggak pa-pa,” Pidun
tetap memaksa sambil menarik-narik tanganku
“Aduh sakeeet !!,”
Mendengar teriakan
tersebut, yang laen pada geliatin aku semua sambil ketawa sepuas mungkin
melihat benjolan di alisku itu yabg gedenya nggak ada duanya
“Woi… benjolan apa tuh ?,”
tanya Makmin yang berasal dari kelompok laen
“Benjol ya benjol, itu aja
kok repot,” jawabku sewot
“Coba ku liat !,” pintanya
“Oo.. init uh BBB,”
“BBB ? apa maksudmu ?,”
“BBB itu Bukan Benjol
Biasa, ha ha ha,”
“Kalo bukan benjol trus apa
coba ?,”
“Itu-tu namanya bisul, do
you know bisul ?,”
“Hah, bisul ? di alis ? ah
nggak mungkin,”
“Heh begok, aku juga pernah
tumbuh bisul,”
“Di mana tumbuhnya ?,”
“Di pantat, kamu mending di
alis, tapi kalo aku sampe nggak bisa duduk selama seminggu tau,”
“Kalo kamu nggak bisa
duduk, aku nggak bisa liat tau, trus obatnya apa coba ?,”
“Kasih salap aja, ntar juga
meledak sendiri,”
“Udah ku kasih, tapi kok
nggak meledak ya ?,”
“Tunggu aja, ntar juga
meledak kok,”
“Trus kalo meledak apanya
yang keluar ?,”
“Ya cairan menjijikan gitu
dech, yang pasti bisa bikin orang ilfeel man,”
“Cukup-cukup, aku nggak mau
dengar lagi, awas ya bisul yang tolol dan begok, kalo sampe meledak di depan
anak-anak SMP, ku tinjok kau !,”
“Eits, kalo ditonjok
meledak juga donk,”
“Oo iya-ya, aku lupa,”
“Bukan lupa, tapi begok,”
“Udah-udah, jangan pada
bicara lagi, semuanya berangkat sekarang !,” seru Pidun sang Komando
Hari ini kelompokku
bertugas ke SMP 2 Delima, di sana muridnya pada gokil-gokil semua, ada yang
bertanya, ada yang berpendapat dan bahkan ada yang bilang aku ini ganteng, tuh
cewe’ buta atau buta apa ya, udah tau penampilanku cenges-ngesan gitu, masih aja
di bilang ganteng, tapi nggak pa-pa lah, dari pada diejek mending dipuji, he he
he
Now we are going to the
last school, that is SMP 2 Peukan Pidie, di sana guru-gurunya sangat tegas,
buktinya belum selesai kami menyiapkan bahan ini-itu, para siswa-siswi udah
pada ngumpul semua dengan barisan yang sangat rapi, namun setelah gurunya
hilang di hadapan mereka, barisan yang tadinya rapi langsung hancur bagai
diterjang tsunami, sungguh murid-murid bermuka dua, udah gitu kampungan lagi,
masa layar LCD yang kami tancapkan di tembok mereka bilang ada TV di tembok,
tapi tak apa, kami tetap menjalankan tugas sampai dengan selesai dan langsung
pamit pulang.
“Kamu seneng ya bisulnya nggak
meledak di depan anak-anak SMP ?,” tanya kawan sekelompokku
“Pastinya donk, eh kita
makan-makan yuk, sambil ngerayain keberhasilan dari tugas kita,” usulku
“Yuek…!!,” semua pada
setuju
“Eh mau pesan apa ?,”
“Mie instant aja dech semua,”
Panasnya sinar matahari
membuat bisulku jadi semakin matang dan siap untuk meledak, namun aku nggak
sadar akan hal tersebut. Kini makanan telah dihidangkan dan siap untuk disantap
“Selamat makan…!!,”
Belum lagi aku makan, eh
wajahku udah keringatan, ku ambil selembar tissue untuk membersihkannya, tanpa
sadar tanganku mengenai bisul dan….
“Auw…!!,” aku kesakitan
“Kenapa ?,” tanya
kawan-kawan
“Bisulku meledak,”
“Hah ? sana-sana bersihin,”
“Bersihin pakek apa ?,”
“Nie-nie pake tissue aku
aja,”
“Nggak cukup tissuenya,
cairannya nggak berhenti-berhenti keluar nie,”
“Ya udah pakek serbet aja
nie,”
Habis sudah semua serbet di
meja makan untuk bisulku ini
“Ah aku jadi nggak selera
makan nie,”
“Iya nie aku juga,”
“Aku juga,”
“Maaf ya kawan-kawan, aku
merusak acara makan-makan kita,”
“Iya nggak pa-pa, kami
maklum kok,”
“Sekali lagi maaf ya !,”
Akhirnya kami nggak jadi
makan dan langsung balek ke skul
“Eh pren, kenapa tuh bisul
ditempel serbet ?,” tamya Pidun
“Udah meledak tau,”
“Ha ha ha …,” semua pada
ngetawain aku lagi
“Dasar kalian semua,” tegas
Pidun serius “Kawan lagi sakit bukannya dikasihanin malah diketawain
Dengan memasang wajah tanpa
ekspresi, aku lari dari hadapan mereka dan langsung pulang ke Rumah. Sesampai
di Rumah kejadian itu aku simpulkan dalam sebuah puisi sebagai berikut
BISUL
BERMULA DARI BENJOLAN YANG
KECIL
SUNGGUH BENCI ORANG
MELIHATNYA
APALAGI SETELAH IA MATANG
DIA JADI MAKIN GEMUK DAN
BESAR
OH… BISUL
KAU DATANG TAK DIUNDANG
KAU PERGI TAK
DILARANG
SETIAP ORANG
JIJIK TAPI GIRANG
KETIKA ENGKAU MENGELUARKAN
BANYAK CAIRAN
BISUL PERTAMAKU YANG TUMBUH
DI ALIS
MEMBUAT KAWAN-KAWANKU
JADI GAK NAFSU MAKAN
BUKAN HANYA SEHARI SEMALAM
TAPI TUJUH HARI TUJUH MALAM
KU BERHARAP
KAU PERGI TUK
SLAMA-LAMANYA
BAGAIKAN MATAHARI YANG TAK
MUNCUL DI WAKTU MALAM
DAN BAGAIKAN BULAN YANG TAK
BERSINAR DI WAKTU SIANG
AKHIRNYA AKU HANYA DAPAT MENGATAKAN
SELAMAT TINGGAL DAN SELAMAT JALAN
WAHAI BISULKU
SAYANG,,,,,
0 komentar:
Post a Comment