Kupakai seragam sekolahku,
kucermin wajahku, kusisir rambutku, kupakai sepatuku, dan bergegas menuju
Sekolahku.
09-03-2008
Hari ini sungguh menyenangkan,
aku berangkat ke Sekolah dengan enjoy tanpa memikirkan satu pun kuman atau
virus yang akan menyerangku.
I go to school by mini bus, saat
itu aku sangat senang karena banyak cewe’-cewe’ yang menemaniku di sana , namun apa terjadi?
Mereka semua menertawakanku, bahkan cewe’-cewe’ tua alyas nenek-nenek pun juga
ikut-ikutan ketawa pakek gigi ompongnya.
“Kenapa ini ? Apa aku terlalu
ganteng kali ya, ah kuabaikan aja tertawaan mereka bagai angin yang berlalu,”
seruku dalam hati.
Tanpa rasa malu sedikitpun, aku
langsung duduk di dekat pintu tempat kinet bergelantungan.
“Let’s go Pak Sopir!” suruhku PeDe.
Dalam perjalanan sich nggak ada
yang perlu dikhawatirkan, karena semua penghuninya cuma duduk, diam n bengong
aja kerjaannya, ya termasuk aku. Tanpa kusadari ternyata udah nyampe, langkah
demi langkah kutinggalkan mini bus tersebut, dan ternyata apa yang terjadi? Makin
banyak orang dari berbagai penjuru dunia ikut menertawakanku, karna tingkat
rasa maluku sudah mencapai 100%, aku pun langsung lari dan menyendiri di Kelas.
Pagi ini aku belum breakfast, so
aku ke Kantinnya Wak Uk
dulu. Sesampai di sana hal yang baru aja aku
alami kembali terjadi, bahkan Bang Din sama Wak Uk pemilik Kantin tersebut pun juga
ikutan ketawa-ketiwi sambil unjuk gigi.
“Hei,,, kalian semua kenapa sich
pada ngetawain aku?”
Sejenak mereka diam, kemudian
tertawa lagi mendengar nyanyian Bang Din.
“Yahoga – yahogi… guru – guri…
bolong – boling,” Bang Din mengejekku tapi aku tak tau.
Karena kepalaku belum begitu
panas, so aku masih bisa sabar, and then i go back to the class for curhat sama
Safwan my best friend.
“Wan, tau nggak, aku sial
kali-lah hari nie,” curhatku manja.
“Mana ada, lebih sial aku kale,”
bantah Safwan.
“Emang kamu sial kenapa?”
“Semalam aku jatuh dari ranjang
karena mimpi dikejar-kejar anjing,”
“Ya udah terserah, mau dikejar
anjing kek, babi kek, lembu kek, yang penting kamu mau denger curhatku nggak?”
“Apa? Kamu ngomong apa barusan,
aku belum hafal, bisa diulang lagi?”
“Nie dengerin baek-baek ya, a-ku
ma-u cur-hat sa-ma ka-mu…!!”
“Ooo… curhat, ngomong aja, emang
ada apa sich?”
Baru aja aku mau curhat, eh bel
malah keburu bunyi.
The first lesson is
Biology, gurunya Pak T.Musreza Fonna yang lebih dikenal dengan sebutan Pak
Popon, metode mengajarnya sudah tak asing lagi bagi siswa, yaitu CETIJAM alyas
Ceramah Tiga Jam.
Aku sich sangat bosan sama
yang namanya ceramah, jadi biar nggak suntuk aku catat deh semua yang ada di
Papan tulis, tiba-tiba sepuluh menit terakhir sebelum Pak Popon meninggalkan
kelas, dia membuat kami panik dengan memberikan beberapa soal yang harus siap
dalam waktu 10 menit, udah gitu nggak boleh liat buku lagi.
“Keluarkan selembar kertas!”
suruh beliau lantang.
“Aduh,,, bapak buat ulangan kok
mendadak sih?” semua pada mengeluh
“Bapak mau liat siapa diantara
kalian yang setia mendengarkan ceramah bapak,”
“Waduh,, mampus deh gue, dari
tadi gue nggak dengerin ceramahnya, tapi gue punya catatan yang siap gue tengok
ntar,” aku ngomong sendiri.
“Eh Fery, sejak kapan kamu
ngomong pakek gue-gue segala?” tanya safwan.
“Sejak diadain ulangan
mendadak,” balasku enteng.
10 menit berlalu, Pak Popon
menyuruh kami untuk mengumpulkan kertas ulangan, keburu nantinya nggak diterima
lagi, jadi langsung aja aku ke mejanya Pak Popon (ke depan) untuk
mengumpulkannya, entah ada mata jahil yang ngeliat bokongku atau nggak aku nggak
tau.
Tak lama kemudian bel istirahat
pun berdering. Kali ini aku nggak berani ke Kantin, karena malu kalo nantinya
diketawain lagi.
“Fer, kok nggak jajan?,” tanya
Mimi kawan se-kelasku.
“Biasa-lah Bos, ada bawahan yang
siap disuruh-suruh”
“Emang siapa bawahanmu”
“Si Safwan yana badannya bulat
itu-tu”
Beberapa menit kemudian bel kembali
bunyi bertanda masuk, dan tiba-tiba Pak Bustami memanggilku ke depan.
“Ada apa ya Pak?” tanyaku pelan.
“Fery, celananya,,,” teriak Mimi.
“Kenapa, ada apa dengan celanaku?”
aku mulai penasaran sembari celengak-celengok ke bagian celanaku.
“Ha…ha…ha…,” semuanya pada
ketawa.
“Ayo bilang ada apa sich
sebenarnya?” rasa penasaranku semakin menjada-jadi.
“Ce..ce..celana kamu bolong,”
jelas Mimi sambil menutup matanya.
“What? Celanaku bolong, yang
bener aja lo?”
Awalnya aku agak sedikit nggak percaya gitu, tapi karna
banyak temen-temen yang ngeliat n ngetawain, so kucoba tengok ke bokong sexyku
dengan perlahan-lahan, dan ternyata…
“Aaaaaa… mimpi apa gue semalam,
kok bisa jadi gini?”
“Duduk, cepet duduk biar ketutup
!” suruh Mimi.
Tanpa disuruh oleh Pak Bustami,
aku langsung duduk dan mati seribu langkah, Safwan yang baru aja balek dari
kantin langsung buka mulut sok gabong.
“Hei Fery, tadi kenapa kok ada
ribut-ribut gitu?”
“Aduh,,,, hari gini masih ada
orang yang ketinggalan berita heboh, apa kata dunia?” sambung Angga si Jahil.
“Ayo donk bilang ada apa?” Safwan
memaksa.
“Ternyata, mulai dari tadi pagi
orang-orang ngetawain aku tuh karna celanaku bolong,” jelasku dengan rasa malu.
“Bolong…?? Ha..ha..ha..,” Safwan
keriangan.
“Puas lo, seneng lo, ketawa lo,
gue tonjok mampus lo,” aku mulai marah-marah.
“Lho, kok ngomong pakek lo-gue
lagi? Sejak kapan tuh?”
“Sejak celana gue bolong dodol”
“Anak-anak, hari ini kalian
pulang cepat, karna guru ada rapat,” jelas Pak Bustami.
“Horre… pulang…!!”
Aku pulang berdua sama Safwan,
dalam perjalanan menuju Halte tiba-tiba terdengar suara tak asik alyas berisik
di Gendang telingaku, dan ternyata ,,, celanaku tambah besar sobeknya.
“Aduh anak kampong, kacian,,,
nggak punya celana laen ya?” ejek Andy yang juga sedang di Halte.
“Fer, mending kamu beli
hansaplas ja dech, setidaknya kan
bisa ketutup dikit,” usul Safwan.
“Aduh Safwan, nie celana
robeknya nggak 1-2 cm lagi, tapi udah nyampek 10-20 cm tau?”
“Wow…. Boleh liat nggak?”
“Iiihh… enak aja”
“Kalo gitu… kamu RONGSAR-BONGSAR
donk”
“Maksudmu apa?”
“Maksud aku, RONGSAR-BONGSAR itu
Robek Besar Bolong Besar, ha..ha..ha..”
“Udah ah, aku capek, yuek
pulang!”
“Ayuek!”
Sesampai di Rumah…
“Ma, hari ini aku sial kali lah”
“Sial kenapa, cerita donk sama
mama”
“Percaya nggak kalo celanaku
bolong?”
“Apa? Celana kamu bolong, coba
mama liat”
“nggak ah, nggak mau, aku malu”
Tiba-tiba datang ibu-ibu
kawannya mama mampir ke Rumah.
“Eh kenapa tuh celananya, bolong
ya?”
“Heh mulut ember anti pecah, kukasih
rinso tau rasa lo,” aku mulai marah-marah
“Jangan rinso donk, mending
molto, udah harum, lembut, wangi lagi”
Saking sebelnya, kuambe air,
sabun, rinso, molto, shampoo dan segala macam, trus kuaduk dalam ember sampe
rata. Tanpa permisi dan izin dari siapapun, langsung aja kusiram ibu-ibu itu,
tapi sayangnya lemparanku meleset, yang kena bukanlah mereka, tetapi ayahku.
“Hei anak kurang ajar,
brani-braninya kamu nyiram ayahmu sendiri, sini kamu!!”
“Aduh,,, aku nggak sengaja yah,
sorry”
“Nggak ada sore-sore, ini hamper
malam tau”
“Emang siapa yang bilang sore?”
“Ooo,,, jadi kamu nggak mau
bilang sorry sama ayah?”
“Cape dech ,,,
dari pada ngomel-ngomel hal yang nggak penting, mending aku pergi aja,” ideku
cemerlang
“Yah,,, ada tamu tuh,,,”
“Mana, kok nggak ada?”
“Kabuuuuurrr,,,,!!!”
0 komentar:
Post a Comment