24-04-2009
Satiap insan pasti memiliki
cita-cita, ada yang pengen jadi Dokter, Pilot, Pejabat, bahkan sampe Presisen.
Namun sejenak kedipan mataku berhenti dan bertanya, cita-citaku apa ya?
Setiap detik, menit, bahkan
berjam-jam kulalui hanya untuk memikirkan apa cita-citaku, karena Guruku
dilang, orang yang tidak punya cita-cita adalah orang yang tidak memiliki masa
depan. Tiba-tiba lamunanku dikejutkan oleh kedatangan Hafizul yang lebih akrab
kupanggil dengan sebutan Pidun, dia ini teman se-Kelasku, dan dia pengen jadi Dokter,
wah hebat tuh,,!!
“Hei, ngelamun aja nie
kerjaan,” seru Pidun sambil menepuk bahuku
“Aku lagi bingung Pid,” curhatku.
“Bingung, bingung kenapa ?”
“Aku bingung kalo waktu besar
nanti aku mau jadi apa ?”
“Ah you are, nggak usah bingung lage,
aku tau solusinya, mau tau kagak ?”
“Emang apaan ?”
“Tapi senyum dulu donk, masa
sich wajahnya cemburut gitu”
“Nie,,!” aku tersenyum sedikit
terpaksa.
“Nah,, gitu donk”
“Ya udah buruan kasih tau apa
solusinya !”
Baru aja Pidun mau ngejelasin,
eh bel pertanda masuk keburu bunyi.
“Anak-anak, hari ini ibu akan
menyuruh kalian membuat karangan,” seru Bu Ani.
“Membuat karangan? mengarang
kale,” balas murid-murid.
“Temanya apa Bu ?” Pidun mulai
bersemangat.
“Temanya cita-cita, silahkan
kalian mengarang sekarang, ibu mau ke Kantor sebentar, ingat harus jujur, nggak
boleh tentang cita-cita orang laen, semua harus cita-cita sendiri, ngerti?”
“Ngerti Bu,,,”
Bingung, bingung dan bingung-lah
yang ada di Benakku, aku nggak tau harus nulis apa, sedangkan kawan-kawanku
pada lancar semua nulisnya bagai kendaraan tak kenal lampu merah.
“Eh Fery, kok nggak nulis ?”
tanya Pidun
“Nulis apa-nya, orang aku nggak
punya cita-cita,”
“Tapi kan kamu bisa buat asal-asal, yang penting
ada, kalo nggak ntar ditempeleng lho sama Bu Ani”
“Nggak mau ah, kata Bu Ani kan kita harus jujur”
“Ya udah-lah terserah”
Tiba-tiba aku terinspirasi
dengan kalimat “kalian harus jujur !” yang Bu Ani ucapkan, dari situlah aku
mulai menulis tanpa hambatan sedikitpun.
Beberapa
menit kemudian, Bu Ani kembali ke Kelas,,,
“Gimana anak-anak, udah siap ?”
“Udah Bu…!”
“Bagus, sekarang ibu panggil
satu-satu untuk baca di Depan”
One by one kawan-kawanku
dipanggil n mereka semua punya cita-cita, bahkan cita-cita mereka bukan lagi
setinggi langit, tapi udah sedalam lautan, wah gila tuh orang, hayalannya bukan
maen. Dan sekarang giliranku yang maju ke Depan.
“Oke my friend, I will tell you
about…”
“Hei Fery, ini sedang pelajaran
B.indonesia bukan B.inggris”
“Oke i’m sorry, eh maaf
maksudnya”
“Ya sudah cepet baca !”
“Ehmm,,, saya akan membacakan
hasil karya tulisnya yang saya beri judul BINGUNG,”
“Hah? bingung?” kawan-kawanku
pada bingung.
“Kenapa bingung judulnya?” Bu
Ani juga bingung.
“Nggak tau Bu, saya juga
bingung,” balasku
“Ha ha ha,” semua pada ketawa.
Kemudian aku langsung membaca
hasil karya tulisku, belum lagi nyampe dua menit udah siap, abiz nggak punya
cita-cita sich…
“Sekian wassalam”
“Jadi, apa cita-citamu?”
“Nggak ada Bu”
“Lho, kok nggak ada?”
“Ibu bilang kami harus jujur, ya
udah saya jujur aja kalo saya emang nggak punya cita-cita, beres kan ?”
“Dasar anak begok, ibu nggak mau
tau, pokoknya kamu harus buat ulang dan baca lagi besok, ngerti kamu?”
“Nge.. nge.. ngeri Bu”
“Apa kamu bilang?”
“Maksud saya ngerti Bu”
“Bagus, sana duduk!”
Aku yang masih kepikiran soal
cita-cita lagi-lagi melamun sendirian, dan seperti biasa, ketika aku melamun
pasti ada orang yang mengejutkanku, yaitu si Pidun.
“Woi,,,!!”
“Apa woi-woi, nggak lucu tau”
“Waduh sedapnyaaa,,, pagi-pagi
udah kena omel, pedas nggak?” Makmin si Jahil datang mengejekku.
“Heh Makmin, kerjaannya
ceramahin orang aja, mending kamu ceramahin diri kamu sendiri dech sana ,” bela Pidun.
“Oya, gimana kalo kalian aja
yang ceramahin aku”
“Oke siapa takut”
“Ya udah silahkan!”
“Hei Makmin yang ganteng, jaga
tuh telingamu biar nggak panjeng,” ceramah Pidun seperti orang baca puisi.
“Hei Makmin yang keren, jaga tuh
matamu biar nggak juleng,” sambungku melengkapi puisi di atas.
“Dan hei Makmin yang yang beken,
jaga tuh mulutmu biar nggak sumbeng, ha ha ha”
Aku sama Pidun tertawa bareng,
lalu bagaimana dengan Makmin ya?
“Hmm,,,hmm,,, awas ya kalian
berdua, ntar aku bilangin sama mamaku, hmm,,, hmm,,,,”
“Ha ha ha, dasar manja,”
teriakku
“Iya ya, gayanya aja yang keren,
tapi ternyata cengeng, ha ha ha”
Tet… tet… tet… tet…
“Eh bel apaan tuh?”
“Bunyinya empat kali, berarti
pulang…”
Tak terasa bel udah nyuruh kami
untuk pulang. Sesampai di Rumah lagi-lagi aku kepikiran soal cita-cita n
bingung mau minta tolong sama siapa.
Ku coba menenangkan diri sejenak
dengan duduk santai di Sofa sambil nonton TV, di situ aku melihat banyak sekali
orang sukses, mulai dari Penyanyi, Penari, Polisi bahkan sampe Pencuri,
sedangkan aku hanyalah orang yang nggak tau jati diri.
Beberapa menit kemudian aku
tertidur n so pasti bermimpi. Mimpiku ini benar-benar aneh kalo orang-orang
mengetahuinya, tapi bagiku itu hal biasa, mau tau apa? ikutin aja lanjutannya
certanya!
# # #
Esoknya aku sangat gembira, dan
kegembiraanku itu tentunya diselimuti oleh lamunan yang pastinya dikejutkan
lagi sama Pidun.
“Hei, kenapa nie senyum-senyum
sendiri?”
“Aku udah punya cita-cita Pid”
“Oya, emang apa cita-citamu?”
“Ntar aja, tunggu Bu Ani dulu”
“Bu Ani udah masuk dari tadi
tau”
“Ow.. aku nggak tau”
“Gimana Fery, sudah siap tugasnya?”
tanya Bu Ani
“Udah dong”
“Kalo gitu cepat maju ke depan!”
Setelah memberi salam n basa-basi
sedikit, aku langsung to the point.
“Cita-citaku pengen jadi
semuanya”
“Maksudmu apa?” Bu Ani penasaran.
“Maksudnya, aku tuh pengen jadi
Polisi, Guru, Dokter, Koruptor, pokoknya semua-semuanya dech”
“Kenapa kamu pengen raih
semuanya, emang kamu bisa?”
“Kenapa tidak, kan yang namanya Fery bukan satu, tapi
bwanyaks bwangets”
“Aduh Fery, ibu tuh nyuruh
cita-cita kamu, bukan Fery yang laen”
“Tapi bu, Fery yang satu dengan
Fery lainnya ibarat satu bangunan bu”
“Alah sok tau kamu, sekarang
jawab yang jujur, sebenarnya kamu pengen jadi apa?”
“Aku pengen jadi…”
“Ayo cepat jawab!”
“Kalo jadi Dokter aku takut
darah, kalo jadi Polisi aku nggak bisa
push up, kalo jadi Pilot aku nggak bisa terbang, kalo jadi Penulis aku nggak
bisa nulis, kalo jadi Guru gajinya kurang. Jadi gimana dong Bu, aku nggak tau
mau jadi apa?”
“Dasar anak begok, emang tiap
malam kamu mimpiin apa sich?”
“Mimpi pengen kawen”
“Hah? Pengen kawen?”
“Iya, aku mimpi pengen kawen
trus punya anak seribu ekor”
“Seribu?”
“Iya, aku pengen ikut KB”
“Keluarga Berencana?”
“Bukan, tapi Keluarga Banyak
anak”
“Ampun nie anak, pikirannya
melayang ntah ke mana, jadi itu cita-citamu?”
“Bukan juga Bu”
“Trus apa?”
“Mana saya tau, saya kan bukan peramal”
“Cita-cita itu nggak perlu
diramal begok”
“Kalo gitu coba ibu bilang apa
cita-cita saya?”
“Ya mana ibu tau”
“Berarti ibu juga begok donk”
“Ha ha ha,” semua pada ketawa.
“Fery, mulai hari ini kamu
dikeluarin!”
“Aduh makasih ya Bu, udah dari
tadi saya pengen keluar mau ke Toilet, tapi nggak berani minta”
“Bukan keluar, tapi dikeluarin!!”
“Sama aja kale”
“Hmm,” Bu Ani jatuh ke Lantai.
“Bu, bangun Bu, jangan pingsan!”
0 komentar:
Post a Comment