20/12/2009
Hiruk piruk angin malam terasa begitu menyejukkan disaat hembusannya
melewati ruas-ruas jendela sebuah kamar. Seorang remaja duduk terdiam di
pojoknya, memandang rembulan yang dihiasi banyak bintang.
Remaja itu bernama Franky, dia yang kesehariannya penuh kocak, kini
malah melamun sembari senyam-senyum bodoh bersama sang bulan.
“Franky, kok ngelamun?” sapa Faris temen dekatnya.
“Lagi jatuh cinta ya?” sambung Nawfas.
“Jatuh cinta? Siapa bilang?” Franky berusaha mengelak.
“Udahlah nggak usah bohong”
“Iya, ayo cepet cerita emang ada apa sich sebenarnya?”
Faris dan Nawfas terus memaksa Franky untuk bercerita.
Franky yang merasa dirinya mau diterkam dua serigala ganas, terpaksa harus
menyerah dan menceritakan semuanya.
“Sebenarnya aku memang lagi jatuh cinta,” seru Franky
lemes.
“Tuh kan bener tebakanku,” Nawfas kepedean.
“Emang sama siapa?” Faris penasaran.
“Sa.. sa.. sama Zahra”
“Hah? Zahra si anak juragan yang galak itu?” Faris dan Nawfas
terkejut setengah mati.
“Kok bisa kamu suka sama tuh cewe?” nada Faris betanya
seperti orang cemburu.
“Ntahlah, rasa itu muncul tadi pagi di Sekolah, disaat
Zahra mencurahkan isi hatinya padaku”
“Maksudnya... Zahra nembak kamu gitu?” Faris tampak
cemas.
“Bukan, kami cuma ngobrol biasa aja, tapi...”
“Tapi apa?” Nawfas gak sabaran.
“Dia curhat sama aku”
Faris dan Nawfas ternga-nga mendengar ucapan Franky.
Padahal setahu mereka cewe yang bernama Zahra itu susah kali kalau diajak
ngomong.
“Emang dia curhat apa?”
“Ntahlah, aku juga nggak gitu ngerti, habis aku nggak
bisa konsen kalau deket-deket sama tuh cewe”
“Hmm... trus kalo dia suka kamu, apa kamu sanggup
mendengar seribu satu curhat yang akan dia limpahkan ke kamu?” Faris semakin
Nampak rasa cemburunya.
“Kamu kok nanya nya gitu sich, kayak kamu udah sanggup
aja,” balas Franky marah.
“Udah-udah, kalian kok jadi pada bertengkar gitu sich.
Sekarang berhenti bicara masalah Zahra dan kembali belajar untuk persiapan ulangan
besok”
Pembicaraan ketiga sahabat itu pun berhenti, ketika
mereka hendak ingin belajar , ternyata bola cahaya malah tidur alyas mati lampu.
Akhirnya nggak jadi belajar melainkan berlayar ke Pulau Kapuk.
Keesokan harinya suasana di Sekolah sudah pada ramai.
Ketika Franky dan kawan-kawan mulai menginjakkan kakinya di pintu kelas,
tiba-tiba ia langsung disapa oleh Zahra.
“Hi Frank, ntar bagi-bagi ya jawabannya!”
Franky hanya tersenyum, sedangkan Faris sama Nafwas bengong
melihat kejadian yang aneh bin ajaib itu. Tak lam kemudian ulangan pun dimulai
dan berakhir dengan lancer.
“Frank, gimana tadi bisa jawab semua?” lagi-lagi Zahra
menyapanya.
“Bi.. bi.. bisa”
“Mau kemana sich, kok kayak buru-buru giru?”
“Ma.. ma.. mau ke Toilet”
“Ya udah barengan aja”
“Eits nggak boleh”
“Nggak kok just kidding”
Jantung Franky kembang kempes tak beirama bagaikan bom
yang siap meledak. Keringatnya mengguyur deras seakan tak mau berhenti.
“Nawfas, rasa itu semakin menggebu-gebu
0 komentar:
Post a Comment