Rintik-rintik embun mulai
timbul, sang fajar-pun mulai muncul, hembusan angin pagi yang mengguyur,
membuat Mita semakin terlelap dalam tidur.
05-04-2009
Tok… tok… tok…
“Non,,
non Mita,, di depan ada tamu non”
“Si-a-pa?”
sahut Mita lemes
“Mbak Sella non”
“Suruh
masuk aja Bik!”
“Mbak
Sella, disuruh masuk ke dalam sama non Mita” suruh Bibi dengan sopan.
“Oke makasih Bik”
Dengan tergesa-gesa Sella
masuk ke Kamar Mita dan langsung marah-marah.
“Mita! Cepet bangun!”
teriak Sella.
“Apa-apaan
sih Sel, masuk kamar orang maen teriak-teriak aja, pekak tau”
“Apa-apaan
kamu bilang, kamu lupa kalo hari ini ada ulangan matamatika”
“Tenang
aja, konsep udah siap di Sarang Keritingku (rambut kribo)”
“Kamu
ini ya, dari dulu nggak pernah berubah, kerjaannya buat konsep melulu”
“Ya aku sih
ikutin kata pepatah aja, kalo ada yang mudah, untuk apa cari yang susah”
“Ya
udah deh terserah kamu, cepet mandi sana!”
“Alah
ntar aja, emang udah jam berapa sich?”
“Liat aja ndiri!”
“What? Udah jam 07.30,
bisa mampus nie kalo sampe telat”
Tanpa
buang-buang waktu lagi, Mita langsung mempersiapkan diri, mulai dari mandi,
gosok gigi, hingga lariiiiiiii,,,,
“Hoh,
akhirnya sampai juga,” Mita ngos-ngosan
“Eh
Mit, kayaknya orang-orang ngeliatin kita dech”
“Oya, biarin
aja, secara gitu lho, aku kan
artis papan atas”
“Papan
atas? Papan tulis kale, ha ha ha”
Tiba-tiba
terdengar suara teriakan dari arah belakang mereka.
“Woi,,,
kalo buat konsep simpen yang bener donk!”
“Ya
ampun, konsepnya nampak ya, Sella tolong ambilin donk!”
“Iya-iya”
“Mita, Sella, kalo nyari kutu
jangan di Sekolah, paham?” seru Pak Killer
“Emang
siapa yang nyari kutu, orang lagi nyari konsep juga” Sella kecoplosan.
“Apa?
Mita, kamu ikut saya ke Kantor!”
“Hah, Pak Killer? kabuuur!”
“Mau
lari ke mana kamu, cepat ikut saya ke Kantor sekarang juga!”
“Ta,, ta,, tapi Sella
kok nggak ikut Pak?”
“Bapak
melihat konsep di Rambut Kribo mu, jadi itu pasti ide mu, sedangkan Sella
hanyalah korban dari ulah konyol mu itu, iya kan?” Bentak Pak Killer.
“Tapi Pak”
“Udah, nggak ada tapi-tapian,
cepet ikut bapak ke Kantor!”
Tet,,, tet,,, tet,,,
Bel telah berbunyi, suasana di
Sekolah-pun mulai sunyi, semua murid mengikuti ulangan bersama dengan tenang,
namun berbanding terbalik dengan Mita, yang harus rela meninggalkan ulangan dan
ikut Pak Killer ke Kantor.
“Pak, yang tadi tuh
bukan konsep, tapi sampah yang di lempar sama orang”Mita mengeluh.
“Kamu piker saya begok apa,
udah jelas-jelas ketangkap basah, masih aja mengelak, kamu harus saya kasih
hukuman”
“Tapi
Pak saya harus ikut ulangan sekarang”
“Ulangannya
nanti bisa ikot susulan”
“Emang
hukumannya apa Pak?”
“Bersihkan
seluruh halaman sekolah!”
“Aduh
Pak jangan itu dong, yang laen aja”
“Kalo gitu bersihin WC mau?”
“Ngg,,,
nggak dech, bersihin halaman aja”
“Ya
udah sana cepetan, bersihin sebersih-bersihnya!”
Dengan
memasang muka cemberut yang dibumbui dahi keriput dan diaduk dengan mulut yang
ciut, Mita terpaksa harus membersihkan seluruh halaman Sekolah sendirian. Namun
tiba-tiba lewat seorang cowok yang baru masuk lewat pagar Sekolah, dan ternyata
dia ketahuan sama Pak Killer.
“Hei
Rio, sini kamu!!” teriak Pak Killer
“Mampus
aku, ketahuan sama si Harimau”
“Kenapa
terlambat?”
“A,,
a,, anu Pak”
“Macam
mana Sekolah kita mau berkembamg, kalo Ketua OSIS-nya aja telat ke Sekolah”
“Maafin saya Pak, saya tau saya salah”
“Emang kamu salah, sekarang kamu bantu Mita membersihkan seluruh halaman
sekolah, ngerti kamu?”
“Nge,,
nge,, ngeri Pak”
“Apa
kamu bilang?”
“Maksud saya, ngerti
Pak”
“Ya udah, sana kerja!!”
Tanpa ada rasa malu ditambah gaya yang sedikit lugu, Rio
langsung mendekati Mita dan menyapanya.
“Hai,
telat juga nie?” sapa Rio
“Ya ampun,,, nie cowok cool abiez,,,” seru hati Mita
“Hallo,
kok bengong?”
“Ngg,,
nggak kok, aku nggak bengong”
“Oya kenalin, aku Rio, kamu siapa?”
“A,,
a,, aku Mati”
“Ooo,,,
nama kamu Mati”
“Bukan,
bukan Mati, tapi Mita”
“Ooo,, Mita, ya udah kerja yuk, biar cepat siap”
Pandangan
pertama membuat hati Mita jadi berbunga-bunga, ketampanan Rio membuat Mita
semakin terpesona, dan perkenalan singkatnya membuat Mita seperti diguna-guna. Kini
sampah yang begitu banyak disapu habis bagai gerakan sekali bilas, tiba-tiba…
“Aduh sakit!” teriak Mita sambil memegang kakinya.
“Ya
ampun kakimu kenapa?” tanya Rio sambil memegang kaki Mita.
“Kayaknya
terkilir dech” seru Mita manja.
“Kalo
gitu tunggu bentar ya, aku panggilin Pak Killer”
“Jangan!”
“Udah
nggak pa-pa” Rio lari ke Ruang Pak Killer.
“Padahal aku
mau-nya digendong, eh malah dikasih Pak Killer yang brondong,
sebel-sebel-sebel!”
“Mita,
kenapa kakimu?” kedatangan Pak Killer mengejutkan Mita.
“Ngg,,
ngg,, nggak kenapa-kenapa kok Pak, ini cuma keseleo dikit,” Mita nampak kaku.
“Tapi
Rio bilang kamu terkilir, apa benar itu?”
“Entah-lah
Pak, saya juga kurang tau”
“Rio ”
“Iya Pak”
“Tolong
kamu anterin Mita ke Ruang Kesehatan!”
“Tapi
Pak, Sekolah kita kan nggak punya Ruang Kesehatan”
“O
iya, saya lupa, trus gimana dengan Mita?”
“Kasih
izin pulang aja Pak, biar dia berobat di Rumah”
“Oke good idea, Mita kamu pulang aja sana!”
“Baik Pak”
Siang harinya kawan-kawan
se-kelas Mita datang mengunjunginya, sedangkan Mita sedang asyik-asyiknya nari
poco-poco.
“Lho Mita, katanya
sakit, tapi kok,,,” Sella n friends bingung.
“Emang siapa yang
ngasih tau kalian?”
“Rio,” jawab mereka
serentak.
“Udah-udah, mending
kalian semua pada bubar dech, aku nggak sakit kok”
“Kalo gini percuma donk
kami datang jauh-jauh, wuuu,,,!,” mereka pada kecewa dan langsung pulang,
kecuali Sella.
“Mita, maksud mu apa sich, Rio bilang kamu sakit, tapi nyatanya nggak”
“Sella, sini duduk, aku
mau cerita sama kamu”
“Jawab dulu yang aku tanya
tadi!”
“Iya ntar dulu, kamu kenal Rio nggak?”
“Kenal, si Ketua OSIS itu kan , emang kenapa?”
“Tadi pagi aku kan kena
hukuman sama Pal Killer, tapi aku nggak sendirian”
“Emang sama siapa?”
“Sama Rio, dia telat ke
Sekolah, jadinya kami bersihin halaman berdua, ih,,, so sweet,,,”
“Oo
jadi ceritanya lagi falling in love nie”
“Kok
kamu tau?”
“Ya
jelas tau-lah, orang kamu-nya dari tadi ngebahas Rio melulu”
“Oya
trus-trus aku punya ide buat ngegaet hatinya”
“Pasti ngaco nie ide-nya
, iya kan?”
“Nggak , aku pura-pura
terkilir biar dia simpati sama aku, eh ternyata dia lapor sama Pak Killer,
padahal aku pengen digendong sama dia”
“Trus kenapa kamu
pulang cepat?”
“Ya mereka pikir aku
terkilir beneran, trus Pak Killer nyuruh aku pulang dech”
“Tapi kayaknya, Rio
juga suka dech sama kamu”
“Oya, tau dari mana?”
“Ya buktinya Rio ngasih
kabar ke kita kalo kamu tuh sakit”
“Oh my God,,, Rio , I love you so much”
“Kalian udah saling
kenal belum?”
“Udah”
“Nomor HP dia berapa?”
“Ya ampun lupa minta,
tolongin aku donk Sel, tolong cariin nomor-nya Rio”
“Ya dech ntar aku usahain,
sekarang aku cabut dulu ya, udah sore nie”
“Ya,,
thanks ya Sel, bye,,,”
Malam hari-nya,,,
“Hallo, Sel temenin aku
jalan-jalan ke Mall yuk!” ajak Mita lewat Handphone.
“Aduh sorry Mit, aku
nggak bisa, aku mesti nganterin nyokap ke Rumah Sakit”
“Ya udah deh nggak
pa-pa, aku pergi sendiri aja”
Akhirnya Mita pergi ke
Mall sendirian naik Taxi, dalam perjalanannya tiba-tiba Pak Sopir hamper
menabrak seorang Pemulung yang sedang menyebrang jalan hingga sampah bawaannya
jatuh berhamburan.
“Woi,,, kalo nyebrang pakek
mata dong!” teriak Pak Supir.
“Emang siapa sih Pak?”
tanya Mita.
“Itu ada Pemulung yang
nyebrang sembarangan mbak”
“Bentar Pak, biar saya
kasih pelajaran tuh orang”
Dengan rada yang agak
panas, Mita mendekati si Pemulung dan langsung memarahinya.
“Hei Pemulung, punya mata
nggak sich?”
“Ma,, ma,, maaf mbak”
“Ya ampun, ka,, ka,, kamu
Rio kan ? Kok
kamu jadi,,,”
“Iya Mit, aku seorang
Pemulung, aku begini karena aku harus nyari duet buat adek-adekku”
“Emang orang tua mu
kemana?”
“Mereka sudah meninggal”
“Mbak, jadi berangkat
nggak?” teriak Supir Taxi
“Nggak jadi lah Pak,
nie ongkosnya”
“Emang mbak kenal sama
dia?”
“Iya, dia teman saya”
Akhirnya Mita nggak
jadi ke Mall, tetapi Mita ikut bersama Rio.
“Mita, kok Taxi nya
pergi?”
“Iya aku nggak jadi
berangkat”
“Kenapa?”
“Karena aku pengen ikut
dengan mu”
“Ikut? Ikut kemana?”
“Yaa anterin kamu
pulang”
“Aku nggak mau pulang
dulu, soalnya aku belum dapat makanan, kasian adek-adekku kelaparan”
“Udah,, kamu nggak usah
panik, yuk ikut aku!”
“Kemana?”
“Kita beli makanan buat
adek-adekmu”
“Mita, maafin aku ya,
gara-gara aku kamu jadi ikut susah”
“Udah nggak pa-pa,
lagean udah tugas kita kan untuk saling tolong-menolong, yuk ah, ntar
warungnya keburu ditutup lagi”
Setelah membeli
makanan, Mita dan Rio langsung menuju ke Gubuk tempat tinggalnya Rio, tempat di
mana sampah ditumpuk, bau yang busuk, dan penyakit yang merajuk, bagi Rio itu
sudah menjadi hal yang biasa, namun bagi Mita itu masih menjadi suatu keanehan
tersendiri, karna dia nggak pernah ke tempat yang seperti itu sebelumnya.
“Jadi, kamu tinggal di
sini, trus adik-adikmu mana?” tanya Mita memastikan.
“Ada di belakang, Dek,,
adek,,!”
“Horeee kak Rio pulang”
“Nie kakak bawa pulang
makanan”
“Makasih ya kak”
“Kalian nggak usah
berterima kasih sama kakak, berterima kasih-lah sama kakak ini”
“Kakak berambut kribo
makasih yaa,,”
“Eits nggak boleh gitu,
kakak ini namanya Mi-ta”
“Makasih ya kak Mita,,,”
“Sama-sama”
“Kalo gitu sana makan, ntar
keburu basi lho makanannya”
“Baik
kak,,,”
“Rio,
sini bentar, aku mau ngomong”
“Kamu
mau ngomong apa?”
“Aku
salut dech sama kamu, walaupun hidup kamu susah, tapi kamu tetap tegar
ngejalaninya”
“Ya ini semua emang udah takdirku”
“Oya, gimana kalo kamu kerja
di tempat ayahku?”
“Sorry aku nggak bisa”
“Tapi kenapa?”
“Ya karna aku bukan
siapa-siapa kamu”
“Coba aja kalo kamu tau
apa isi hatiku,” suara Mita merendah
“Apa kamu bilang?”
“Nggak, aku nggak
ngomong apa-apa kok”
“Ya udah masuk ke dalam
yuk, di luar bau”
“Nggak makasih, aku
harus buru-buru pulang, nie udah larut malam”
“Kalo gitu yuk aku
anterin”
Dalam perjalanan di
sepanjang tumpukan sampah, tiba-tiba Mita kesandung oleh sebuah batu dan jatuh
ke tempat sampah yang berhamburan tersebut.
“Aduh,, Rio tolongin
aku dong!” pinta Mita sambil menguluri tangannya
“Nie, pegang tanganku
kuat-kuat!”
Ternyata di tempat Rio
berdiri ada kulit pisang, akhirnya Rio juga ikut terjatuh bersama Mita.
“Ha,, ha,, ha,,”
keduanya tertawa riang, namun kemudian keduanya saling menatap muka.
“Mita, sebelum kamu pulang,
ini kupersembahkan untukmu”
“Ya
ampun bagus sekali, beli di mana?”
“Ini
bunga yang aku kumpulin dan ku rangkai selama se-tahun lebih, maaf kalo bau-nya
tak sedap, karna bunga itu ku kutip dari sampah-sampah di sekitar sini”
“Aku boleh tanya
sesuatu nggak?”
“Boleh”
“Apa maksud kamu
memberi bunga ini untukku?”
“Sebenarnya,,, aku suka
sama kamu Mit, tapi kini aku sadar kalo aku bukan siapa-siapa, aku hanyalah
seorang pemulung, jadi simpan aja bunga itu sebagai kenang-kenangan dariku”
“Tidak Rio, kamu nggak
boleh ngomong gitu, setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai, apakah
kamu tau, apa perasaanku sekarang?”
“Apa?”
“Aku juga cinta sama
kamu, aku juga sayang sama kamu Rio”
“Kenapa? kenapa kamu cinta
sama aku, padahal aku seorang pemulung, seorang yatim piatu, dan orang miskin
yang tak punya apa-apa”
“Satu hal yang harus
kamu tau, cinta itu tak pernah memandang bulu”
Berawal dari kena hukuman
berdua yaitu membersihkan halaman sekolah dari sampah, bertemu di jalan dan
hampir menabrak Rio hingga sampahnya
berhamburan, hingga berlanjut saling berjatuhan di tempat sampah dan mulailah
timbul benih-behih cinta. Siapa sangka dan siapa duga,
bahwa cinta bisa timbul dari tumpukan sampah.
SEKIAN
hahaha
ReplyDeleteternyata cinta ada sampahnya juga ya!
Lanjutkan postingannya sob ,